Breaking News

Kenduri Legian, Ajang Silaturahmi Merawat Kebhinekaan di Kota Probolinggo 2025

Kenduri Legian, Ajang Silaturahmi Merawat Kebhinekaan di Kota Probolinggo 2025," 22/8/2025

Kota Probolinggo,"- jatim.satusuara.co.id    dr. Aminuddin berkesempatan menghadiri Kenduri Legian, Jumat (22/8/2025), sebuah acara yang digagas oleh budayawan muda sekaligus tokoh agama Kota Probolinggo, KH. Ahmad Tajul Mafakhir atau yang akrab dikenal Gus Tajul.

Gelaran yang berlangsung di Cafe and Resto D’Bellpepper pada Jumat (22/8) siang ini menghadirkan undangan dari berbagai kalangan, mulai dari forkopimda, tokoh agama, pelaku UMKM dan stakeholder.

Kenduri Legian bukan sekadar ajang berkumpul, melainkan wadah untuk memperkuat kerukunan, kebersamaan, dan ketahanan sosial masyarakat Kota Probolinggo. Dalam suasana santai, para undangan yang hadir larut dalam obrolan dan diskusi ringan, yang menambah kehangatan kebersamaan.

Dalam sambutannya, Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin, menekankan bahwa Kenduri Legian bukan sekadar perjamuan, melainkan forum inklusif untuk memperkuat resiliensi sosial masyarakat.

Bahasa sekarang ini yang sedang tren memang bagaimana kita bisa membangun ketahanan, baik pertahanan, pangan, maupun kerukunan. Resiliensi ini menjadi kata kunci. Dan resiliensi itu hanya bisa terwujud kalau kita inklusif, terbuka untuk semua. Maka, Kenduri Legian ini saya nilai sangat tepat,” ujarnya.

Wali Kota Aminuddin juga menekankan pentingnya menjaga kebhinekaan sebagai kunci memahami Pancasila. “Kalau kita tidak memahami kebhinekaan, sulit untuk memahami Pancasila. Kota Probolinggo beruntung sejak awal sudah jamak, ada etnis China, Arab, suku Madura, Jawa, Melayu. Inilah wajah Bhinneka Tunggal Ika yang harus terus kita jaga. Suasana kondusif yang kita miliki sekarang adalah modal besar untuk menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

Senada, Gus Tajul mengatakan gagasan Kenduri Legian berangkat dari filosofi “Kenduri” yang berarti selamatan atau acara makan bersama yang biasanya penuh doa, syukur dan kebersamaan. Sedangkan “Legian” yang berarti guyub, ramai, dan penuh kebahagiaan. Ia menekankan bahwa Kenduri Legian adalah upaya sederhana namun penuh makna untuk merawat semangat kebhinekaan.

“Alhamdulillah, di usia 80 tahun kemerdekaan ini kita masih diberi kesempatan untuk setia merawat kebhinekaan. Kita tidak bisa hanya menyuruh orang lain damai kalau diri kita sendiri tidak damai. Forum ini adalah warisan nilai dari para pendiri bangsa, bahwa silaturahmi lintas tokoh akan melahirkan suasana kebangsaan yang kondusif. Kalau di tingkat nasional dulu Taufik Kiemas rutin mengundang tokoh negara hanya untuk makan bersama, di Probolinggo kita lakukan hal yang sama dalam skala lokal,” ungkapnya.

Gus Tajul yang juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Muttaqien di wilayah Kecamatan Kademangan, berharap forum ini benar-benar menjadi simbol resiliensi sosial dan harmoni masyarakat. 

Di tengah derasnya arus digitalisasi, masyarakat butuh ruang nyata untuk berjumpa, bertukar pikiran, dan mempererat persaudaraan. Kenduri Legian ini kami harapkan menjadi momentum menjaga harmoni kota,” jelasnya.

Sementara itu Sekretaris MUI Kota Probolinggo, Imanudin, mengatakan bahwa Kenduri Legian telah berlangsung sebelum pandemi covid-19 yakni di tahun 2019 dan kini dihidupkan kembali sebulan sekali di Jumat Legi untuk mempererat harmoni. “Tujuan utamanya sederhana, menyambung rasa. Tidak ada agenda resmi atau diskusi formal, hanya makan bersama. 

Tapi dari situ tercipta suasana positif yang bisa dibawa pulang ke lingkungan masing-masing. Kalau para tokohnya akur dan rukun, insyaallah masyarakat di bawahnya juga ikut rukun. Itulah tujuan utama Kenduri Legian,” jelasnya. (Han)

© Copyright 2022 - jatim.satusuara.co.id